Cara dan Panduan Menulis Lampiran di SKRIPSI UNIVERSITAS

Lampiran hendaknya berisi keterangan-keterangan yang dipandang penting untuk skripsi,
misalnya instrumen penelitian, data mentah hasil penelitian, rumus-rumus statistik yang
digunakan (bila perlu), hasil perhitungan statistik, surat izin dan tanda bukti telah
melaksanakan pengumpulan data penelitian, dan lampiran lain yang dianggap perlu. Untuk
mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus diberi nomor urut lampiran dengan
menggunakan angka Arab.

BAHASA DAN TATA TULIS

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang harus mengikuti dua macam kaidah, yaitu:
1. Kaidah umum adalah kaidah yang berkaitan dengan bahasa dan ejaan yang berlaku
secara umum.

2. Kaidah selingkung adalah kaidah tentang teknis penulisan yang telah disepakati
bersama dan berlaku di lingkungan Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi
pada khususnya.

Skripsi ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu bahasa
Indonesia yang mengikuti kaidah ragam baku keilmuan. Kata-kata atau istilah, struktur
kata, frasa, klausa, atau kalimat ditulis dengan tepat dan cermat. Paragraf dan wacana
disusun secara logis. Ejaan ditulis dengan mengikuti ejaan yang baku (EYD). Tidak ada
larangan untuk menggunakan kata serapan, yang penting ejaan penulisannya benar.
Misalnya, objek dan bukan obyek.

Kaidah selingkung yang disepakati dalam penulisan ilmiah di lingkungan Universitas
Negeri Semarang, meliputi: (1) cara merujuk dan menuliskan daftar pustaka, (2) cara
menulis judul dan subjudul, (3) cara menyajikan tabel dan gambar, (4) cara mengetik yang
praktis.

1. Bahasa
Aspek kebahasaan yang harus diperhatikan adalah: (1) gaya penulisan, (2) keefektifan dan
kecermatan penggunaan kalimat, (3) ketepatan pemakaian ejaan dan tanda baca, dan (4)
ketepatan menulis rujukan dan daftar pustaka.

Gaya penulisan merupakan bagian penting dalam penulisan karya ilmiah. Gaya penulisan
yang baik dapat dilihat beberapa aspek, seperti: (1) alur pikir yang jelas, (2) tidak
bermakna ganda, (3) kalimat efektif, (4) pola kalimat jelas (S-P-O/S-P-0-K/K-S-P-0).

Keefektifan dan kecermatan penggunaan kalimat merupakan bagian yang dapat
menggambarkan kemampuan seorang penulis dalam menyampaikan informasi secara tepat
dan cepat. Penulis sering melakukan kekeliruan, sehingga keefektifan dan kecermatan
penggunaan kalimat menjadi kabur. Beberapa kekeliruan yang sering dilakukan penulis, di
antaranya:
  • (1) kalimat tidak memiliki subjek (S) atau predikat (P), padahal sebuah kalimat
  • sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat (P);
  • (2) kalimat mempunyai dua satuan pikiran atau lebih yang tumpang tindih, padahal seharusnya hanya memiliki satu satuan pikiran;
  • (3) keterangan kalimat diletakkan secara tidak tepat;
  • (4) subjek didahului kata depan, sehingga bagian yang pokok di dalam kalimat itu menjadi kabur;
  • (5) anak kalimat tidak logis (salah nalar);
  • (6) kalimat tidak mempunyai induk kalimat karena semua
  • bagiannya adalah anak kalimat; dan
  • (7) kalimat bermakna ganda. Kalimat seperti itu perlu
  • disunting agar ide yang dimaksudkan dapat tersampaikan.

Paragraf merupakan bagian dari kerangka atau pola pikir yang sistematis. Setiap paragraph harus menggambarkan pemikiran yang lengkap. Setiap paragraph harus diawali dengan pokok kalimat dan diikuti dengan anak kalimat sebagai penjelasan dari pokok pikiran utama. Sebelum penjelasan satu pokok pikiran selesai, sebaiknya penulis tidak memunculkan paragraf baru.

Apabila sebuah paragraf dipandang terlalu panjang, dapat dipecah menjadi 2 (dua) paragraf dengan kata sambung pada awal paragraf berikut. Misalnya: Berkaitan dengan uraian di atas, ... Bertitik tolak dari pemikiran di atas, ... Ejaan dan tanda baca harus digunakan secara tepat karena bahasa tulis tidak dibantu oleh unsur-unsur gerak seperti kualitas suara, kedipan mata, ekspresi mimik, dan sebagainya
sebagaimana dalam bahasa lisan.

Ejaan dan tanda baca itu membantu memperjelas maksud penulis. Hal-hal yang harus dicermati penulis antara lain pemakaian huruf, pemenggalan kata, pemakaian huruf miring, pemakaian tanda baca, penulisan kata, penulisan singkatan dan akronim, penulisan angka dan bilangan serta penulisan unsur serapan.

1. Pemakaian huruf kapital
Seorang penulis harus dapat menggunakan huruf kapital dalam ejaan bahasa Indonesia
secara tepat. Misalnya: Provinsi Jawa Tengah dipimpin oleh seorang gubernur. Bibit
Waluyo adalah Gubernur Jawa Tengah.

2. Pemenggalan kata

Pada dasarnya pemenggalan kata harus dilakukan berdasarkan suku katanya. Meskipun
demikian, pemenggalan seyogyanya dilakukan atas dasar : (1) kata das arnya, (2)
jangan meninggalkan pemenggalan sebuah huruf.

3. Pemakaian huruf miring

Huruf miring hanya digunakan untuk menuliskan istilah asing.

4. Pemakaian tanda baca

Tanda baca dipakai dalam konteks kalimat yang tepat dan ditulis menyatu dengan kata
yang mendahului atau mengikuti. Tanda baca bukan kata sehingga tidak boleh ditulis
berdiri sendiri.

5. Penulisan kata
Kesalahan yang paling banyak dijumpai dalam penulisan karya ilmiah berkaitan dengan
penulisan kata. Beberapa penulisan kata yang salah, di antaranya:
Salah Seharusnya
disamping, disisi di samping, di sisi
Praktek Praktik
Sekertaris Sekretaris

6. Penulisan singkatan atau akronim
Penulisan singkatan atau akronim yang pertama harus didahului kepanjangannya.

7. Penulisan angka dan bilangan
Penulisan angka dan bilangan merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.

8. Penulisan unsur serapan
Penulisan unsur serapan diupayakan mengikuti bahasa aslinya.
Misalnya:
Salah
obyek/subyek obyektifitas/subyektifitas efektifitas
Seharusnya
objek/subjek objektivitas/subjektivitas efektivitas/keefektifan
Pola kalimat merupakan bagian yang penting agar pesan yang ingin disampaikan dapat
diterima secara tepat oleh orang lain (pembaca). Oleh karena itu, pola kalimat S-P-0 atau S-P-OK
atau K-S-P-0 atau sekurang-kurangnya pola S-P harus digunakan.

2. Cara Merujuk

Cara merujuk dapat digolongkan dalam kaidah umum maupun kaidah selingkung. Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama belakang, tahun, dan halaman buku yang ditulis di antara tanda kurung. Antara nama pengarang dan tahun tidak diberi tanda koma dan antara tahun, tanda titik dua, dan nomor halaman tidak diberi jarak.

Contoh (nama pengarang terpadu dalam teks):
Soebronto (1990:123) menyimpulkan "ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi
dengan kemajuan belajar".

Contoh (nama pengarang tidak disebut dalam teks):
Simpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi
dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990:123).

Jika ada dua pengarang, perujukan dengan cara menyebut nama belakang kedua pengarang
tersebut. Jika pengarangnya lebih dari dua orang, nama belakang dari pengarang pertama
diikuti dengan dkk diikuti tanda titik. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan
cara menyebutkan nama pengarang aslinya.

Jika pengarang tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga
yang menerbitkan pustaka yang dirujuk, atau nama dokumen yang diterbitkan (nama
koran, majalah yang dirujuk), sejalan dengan kaidah penulisan daftar pustaka yang dirujuk.
Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh pengarang yang berbeda dicantumkan
dalam satu tanda kurung dengan titik koma (;) sebagai tanda pemisahnya.

Cara merujuk ada dua macam yakni: (1) merujuk dengan cara mengutip kata, frasa, kalimat,
atau uraian sesuai dengan sumber aslinya, dan (2) merujuk pendapat orang lain dengan cara
menyatakannya dengan bahasa sendiri.

Merujuk dengan cara mengutip dilakukan sebagai berikut. Kutipan kurang dari empat baris
ditulis di antara tanda kutip ("..."). Kutipan itu merupakan bagian terpadu dalam teks utama
dan disertai nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman. Jika nama pengarang ditulis
secara terpadu dalam teks, nama itu diikuti tahun dan nomor halaman. Cara menulisnya lihat
contoh di atas.

Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal
Contoh (tanda kutip di dalam kutipan):

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah "terdapat kecenderungan makin banyak ‘campur
tangan’ pimpinan perusahaan, makin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah
perkotaan" (Soewignyo, 1991: 101).

Kutipan lebih dari empat baris ditulis tanpa tanda kutip pada baris baru, terpisah dari teks
yang mendahului dimulai pada karakter keenam pada pias kiri, dan diketik dengan spasi
tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai dengan
mengosongkan lima karakter lagi dari tepi garis teks kutipan.

Contoh:
Suyanto (1998: 202) menarik simpulan sebagai berikut:
Alih latihan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan apa yang didapatkan dalam
PBM untuk memecahkan persoalan nyata dalam kehidupan. Kemampuan transfer
telah dimiliki oleh mahasiswa jika mahasiswa itu mampu menerapkan
pengetahuan, keterampilan, informasi, dan sebagainya sebagai hasil belajar pada
Latar yang berbeda (kelas, laboratorium, simulasi, dan sejenisnya) ke Latar yang
nyata, yaitu kehidupan nyata dalam masyarakat. Jika kemampuan ini dapat
dibekalkan kepada mahasiswa, mereka akan memiliki wawasan pencipta kerja setelah
lulus dari perguruan tinggi.

Apabila dalam kutipan langsung ada kata dibuang, kata yang dibuang diganti dengan tiga
titik. Jika yang dibuang itu kalimat, diganti dengan empat titik. Titik terakhir merupakan
tanda selesainya kalimat.
Contoh:
Ada kata yang dibuang
"Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ...
diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru" (Manan, 1995:278).
Bila contoh lebih dari empat baris, maka penulisannya berjarak baris satu spasi.
Ada kalimat yang dibuang

"Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara lain mata,
tangan, atau bagian tubuh lain .... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain menangkap
bola, menendang bola, dan menggambar" (Asim, 1995:315).
Cara merujuk pendapat yang dikemukakan dengan bahasa sendiri ditulis tanpa tanda kutip
atau terpadu dalam teks. Nama pengarang tersebut terpadu dalam teks, atau disebut dalam
kurung bersama tahun terbit. Jika yang ditunjuk bagian tertentu, nomor halaman
disebutkan. Jika buku dirujuk secara keseluruhan atau yang dirujuk terlalu banyak atau
meloncat-loncat, nomor halaman boleh tidak dicantumkan.
Contoh (nomor halaman disebutkan):
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat.
Contoh (nomor halaman tidak disebutkan):
Dalam buku tata bahasa lama, seperti buku Prijohoetomo (1937) belum dikenal istilah
transposisi.
Contoh (nama pengarang disebut dalam kurung bersama tahun dan nomor halaman):
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik darpada mahasiswa tahun keempat (Salimin
1990:13).
Contoh (nama pengarang disebut dalam kurung bersama tahun tanpa halaman):
Apabila kita berbicara tentang belajar, sebenarnya kita berbicara tentang bagaimana perubahan
tingkah laku seseorang sebagai akibat pengalaman (Snelbecker 1974).

3. Penyajian Tabel atau Gambar


Kadang-kadang dalam penulisan karya ilmiah diperlukan penyajian tabel dan atau gambar.

a. Penyajian Tabel
Penggunaan tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang sistematis untuk
menyajikan data statistik dalam kolom dan lajur, sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan
menggunakan tabel, pembaca dapat memahami dan menafsirkan data secara cepat dan
mencari hubungan-hubungannya.

Tabel harus disebutkan hubungannya dengan uraian dalam teks, misalnya dengan
menyatakan seperti pada Tabel 1.1. Dengan demikian, tabel menjadi fungsional, tidak lepas
dari teks.

Tabel harus sederhana dan berpusat pada beberapa ide. Memasukkan terlalu banyak data
dalam tabel dapat mengurangi nilai penyajian tabel. Lebih baik menggunakan banyak tabel
daripada sedikit tabel, tetapi isinya terlalu padat. Tabel yang baik harus dapat
menyampaikan ide dan hubungan-hubungannya dalam tulisan secara efektif.

Jika tabel cukup besar (lebih dan setengah halaman), tabel harus diletakkan pada halaman
tersendiri. Jika lebih dari satu halaman, tabel hendaklah dibuat dengan kertas lebar yang
dilipat. Dengan demikian, tidak ada tabel yang terpotong dalam beberapa halaman. Jika
tabel cukup pendek (kurang dari setengah halaman), sebaiknya diintegrasikan dengan teks.
Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) dan ditempatkan di atas tabel.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perujukan.

Judul tabel ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata kecuali kata sambung. Kata Tabel ditulis di tepi kiri, diikuti nomor dan judul tabel. Jika judul tabel lebih dari satu baris, baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan huruf pertama judul tabel dengan jarak
satu spasi. judul tabel tidak diakhiri tanda titik.

Jarak antara tabel dengan teks sebelum dan sesudahnya tiga spasi. Nomor tabel ditulis dua bagian yang dipisahkan dengan titik, bagian pertama menunjukkan urutan bab, bagian berikutnya menunjukkan nomor urut tabel pada bab yang bersangkutan. Nomor urut tabel dimulai dengan nomor satu sampai nomor terakhir tabel pada keseluruhan teks.

Garis yang paling atas dari tabel diletakkan tiga spasi dari nama tabel. Kolom pengepalaan
(heading), dan deskripsi tentang ukuran atau unit data harus dicantumkan. Istilah-Istilah
seperti nomor dan persen dituliskan dalam bentuk singkatan atau lambang, misalnya No, %.
Data yang terdapat dalam tabel ditulis dengan menggunakan spasi tunggal. Garis dapat
digunakan untuk mempermudah membaca tabel.

Garis horisontal perlu dibuat, tetapi garis vertikal dari bagian kiri, tengah, dan kanan bisa tidak digunakan. Tabel yang dikutip dari sumber lain diberi keterangan mengenai nama akhir penulis, tahun terbit, dan nomor halaman tabel asli. Letaknya di bawah tabel dengan jarak tiga spasi dari
garis horisontal terbawah, mulai dari tepi kiri.

Jika diperlukan catatan untuk menjelaskan
butirbutir tertentu yang terdapat di dalam tabel, hendaknya digunakan simbol-simbol
tertentu dan ditulis dalam bentuk superskrip. catatan kaki untuk tabel ditempatkan di bawah
tabel, dua spasi di bawah sumber, bukan pada bagian bawah halaman. Contoh tabel terdapat
di bawah ini.

b. Penyajian Gambar


Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, chart, peta, sketsa, diagram, dan gambar lainnya.
Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk visual yang lebih cepat dapat dipahami
maknanya. Gambar tidak selalu dimaksudkan untuk membangun deskripsi, tetapi dapat juga
untuk menekankan hubungan tertentu yang signifikan. Gambar juga dapat dipakai untuk
menyajikan data statistik berbentuk grafik.

Pedoman penggunaan gambar sebagai berikut;
  • 1) Judul gambar ditempatkan di bawah gambar. Cara penulisan judul gambar sama dengan
  • penulisan judul tabel.
  • 2) Gambar harus dapat menyampaikan ide dengan jelas dan dapat dipahami tanpa harus
  • disertai penjelasan tekstual.
  • 3) Gambar harus digunakan sesuai dengan kebutuhan.
  • 4) Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada
  • halaman tersendiri.
  • 5) Penyebutan adanya gambar hendaknya mendahului gambar.
  • 6) Gambar diacu dengan nomor gambar (angka), seperti pada Gambar 2.1., bukan dengan
  • kata gambar di atas atau gambar di bawah.
  • 7) Gambar diberi nomor dengan angka Arab seperti pada penomoran tabel.
  • Gambar 2.1. Hasil Tes Pengembangan tiap Siklus Penelitian
  • Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan
  • 1) Jarak antara tabel atau gambar dengan teks adalah tiga spasi.
  • 2) Judul tabel atau gambar harus diketik pada halaman yang sama dengan tabel atau
  • gambar.
  • 3) Te p i k a na n t e ks s ed a pa t mun gk i n r at a, d en ga n t et a p memperhatikan
  • kaidah pemenggalan kata yang benar. Jarak antar kata harus tetap sama (satu-dua
  • ketukan) dan tidak boleh ada jarak yang terlalu longgar.
  • 4) Tidak boleh memberi tanda apa pun sebagai tanda berakhirnya sebuah bab, termasuk
  • gambar untuk pengisi ruang kosong.
  • 5) Penyajian rincian hendaknya dihindari. Sebagai gantinya hendaklah digunakan penyajian
  • esei berbentuk paragraf. Perincian dengan menggunakan angka atau huruf hanya
  • digunakan untuk perincian yang bersifat prosedural atau langkah-langkah. Penulisannya
  • sesuai dengan kaidah ejaan, yakni untuk perincian ke samping, angka atau huruf itu
  • diikuti tanda kurung tutup atau diapit oleh kurung buka tutup. Untuk perincian ke
  • bawah, selain cara itu bisa digunakan tanda titik. Tanda - • * v * tidak boleh
  • digunakan.
  • 6) Tidak boleh menambahkan spasi antarkata dalam satu baris dengan tujuan meratakan tepi
  • kanan.
  • 7) Tidak boleh menggunakan catatan kaki untuk perujukan.
4. Pengetikan
a. Kertas dan ukuran
Skripsi diketik pada kertas berukuran A4 (21,5 cm x 29 cm) dengan berat 80 gram. Apabila
digunakan kertas khusus, seperti kertas milimeter untuk grafik, kertas kalkir untuk bagan,
boleh digunakan kertas di luar atas ukuran yang tekah ditentukan, namun dilipat sesuai
dengan ukuran kertas naskah.

b. Sampul
Sampul luar menggunakan karton tebal dan dilapis plastik bening (laminating). Warna
sampul skripsi adalah biru tua. Untuk tulisan pada sampul luar skripsi digunakan huruf
berwarna kuning emas.

c. Spasi pengetikan
Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya dalam pengetikan Skripsi adalah dua spasi
kecuali sari satu spasi. Judul bab ditebalkan dan judul tabel dan gambar yang lebih dari satu
baris diketik dengan jarak satu spasi. Daftar pustaka diketik dengan jarak satu spasi,
sedangkan jarak antar sumber dua spasi.

d. Batas margin pengetikan naskah
Batas tepi pengetikan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Tepi atas :4 cm.
Tepi bawah :3 cm.
Tepi kiri :4 cm.
Tepi kanan :3 cm.

e.Pengetikan alinea baru
Pengetikan teks selalu dimulai dari tepi kiri, kecuali pengetikan alinea baru dimulai pada
huruf keenam dari tepi kiri.

f. Pengetikan judul bab, subbab, dan anak subbab
Judul bab diketik dengan huruf kapital tebal, dengan jarak 4 cm dari tepi atas. Nomor urut
bab diketik dengan huruf Romawi tebal dan ditulis di atas judul bab secara simetris.
Judul subbab didahului nomor subbab, diketik dengan huruf tebal, dimulai dari batas tepi
kiri. Huruf awal setiap kata judul subbab ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata sambung
seperti pada, di dalam, dan, terhadap. Pengetikan anak subbab dimulai dengan huruf kapital
pada awal kata pertama dan dicetak tebal.

Nomor subbab ditulis dengan gugus angka (digit) dengan tujuan memudahkan perujukan
(misalnya telah diuraikan pada 3. 1). Angka yang digunakan "semuanya angka Arab. Angka
paling depan menunjukkan nomor bab, angka berikutnya menunjukkan angka subbab, dan
angka berikutnya menunjukkan angka subbab bahawahannya. Diusahakan agar gugus angka
sedapat-dapatnya hanya terdiri atas tiga angka. Rincian selanjutnya diuraikan dengan
paragraf secara urut tanpa di beri judul. Perlu diingat bahwa yang menggunakan gugus
angka hanyalah judul subbab dan anak subbab. Perincian materi dalam teks yang, bukan
judul tidak menggunakan gugus angka.

g. Penggunaan huruf untuk naskah
Naskah harus diketik dengan menggunakan huruf Time New Roman menggunakan 12 pt
dan dicetak dengan ketebalan normal. Tidak dibenarkan menggunakan printer dot-matrix.

h. Penomoran halaman
Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan atas sudut teks dengan jarak dua spasi dari
baris pertama, kecuali halaman yang mengandunc, judul bab, nomornya diletakkan di
bawah tengah, dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor halaman menggunakan angka
Arab, dimulai dari bab pendahuluan, dan berakhir pada halaman terakhir dan' keseluruhan
naskah skripsi. Halaman-halaman sebelumnya, seperti prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar menggunakan angka Romawi kecil.

Judul sub-bab didahului nomor sub-bab, diketik dengan huruf tebal, dimulai dari batas tepi
kiri. Huruf awal setiap kata judul subbab ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata sambung
seperti pada, di dalam, dan, terhadap. Pengetikan anak subbab dimulai dengan huruf kapital
pada awal kata pertama dan dicetak tebal.

Nomor subbab ditulis dengan gugus angka (digit) dengan tujuan memudahkan perujukan
(misalnya telah diuraikan pada 3.1). Angka yang digunakan semuanya huruf Arab. Angka
paling depan menunjukkan nomor bab, angka berikutnya menunjukkan angka subbab, dan angka
berikutnya menunjukkan angka subbab bahawahannya.

Diusahakan agar gugus angka
sedapat-dapatnya hanya terdiri atas tiga angka. Rincian selanjutnya diuraikan dengan paragraf
secara urut tanpa diberi judul. Perlu diingat bahwa yang menggunakan gugus angka
hanyalah judul subbab dan anak subbab. Perincian materi dalam teks yang, bukan judul
tidak menggunakan gugus angka.


i. Penggunaan huruf untuk naskah

Naskah harus diketik dengan menggunakan huruf Time New Roman 12 pt dan dicetak
dengan ketebalan normal. Tidak dibenarkan menggunakan printer dot-matrix.

j. Penomoran halaman

Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan atas sudut teks dengan jarak dua spasi dari
baris pertama, kecuali halaman yang mengandung judul bab, nornornya diletakkan di
bawah tengah, dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor halaman menggunakan angka
Arab, dimulai dari bab pendahuluan, dan berakhir pada halaman terakhir dari keseluruhan
naskah skripsi. Halaman-halaman sebelumnya, seperti prakata, daftar isi, daftar Label,
daftar gambar menggunakan angka Romawi kecil.

k. Penggunaan huruf tebal dan huruf miring

Huruf tebal digunakan untuk pengetikan judul bab, subbab, dan anak subbab. Huruf miring
digunakan untuk:
  • 1. judul buku, nama terbitan berkala, atau nama publikasi lain, serta nomor
  • penerbitan dalam daftar pustaka:
  • 2. istilah kosakata, atau kalimat bahasa asing yang digunakan dalam teks,
  • 3. huruf, kosakata, frasa, atau kalimat sebagai aspek linguistic.

Contoh Halaman Judul Skripsi
PENGARUH PENGENDALIAN INTERN KREDIT DAN LIKUIDITAS TERHADAP RENTABILITAS USAHA


(Studi Kasus BPR BKK di Kabupaten Rembang)


SKRIPSI


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh 

Ayuni Lestari

NIM 7250406505

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

Lampiran 2
Contoh Punggung Skripsi
Judul Skripsi SKRIPSI
Nama :
NIM :

Lampiran 3

Contoh Persetujuan Pembimbing Skripsi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi
pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 1 Nopember 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Kusmuriyanto, M.Si. Indah Fajarini SW, S.E., M.Si., Akt.
NIP. 196005241984031001 NIP. 197804132001122002


Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.Si.
NIP. 196206231989011001



Contoh Pengesahan Kelulusan Ujian Skripsi

PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 1 Nopember 2011
Penguji
Drs. Asrori, M.S.
NIP. 196005051986011001
Anggota I Anggota II
Drs. Kusmuriyanto, M.Si. Indah Fajarini SW, S.E., M.Si., Akt.
NIP. 196005241984031001 NIP. 197804132001122002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si.
NIP. 196603081989011001

Lampiran 5

Contoh Pernyataan Penyusunan Skripsi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari
karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Semarang, November 2011
Ayuni Lestari
NIM 7250406505
39
Lampiran 6
Contoh Motto dan Persembahan
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jangan merasa bisa tetapi bisa merasakan
Persembahan
untuk guruku
orangtuaku
dan generasi penerusku

Lampiran: 7

Contoh Sari
SARI
Mustakimah. 2006. ”Memvariasikan Metode Ceramah dan Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving) Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Permasalahan Ekonomi Kelas
X Semester I SMA Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007”. Skripsi. Jurusan
Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I.
Drs. St. Sunarto, M.S. II. Dr. Djoko Widodo, M.Pd.

Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Ceramah, Pemecahan Masalah (Problem Solving).
Tujuan pelajaran ekonomi pada intinya adalah kompetensi penggunaan konsepkonsep
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Pokok bahasan permasalahan ekonomi
menuntut kompetensi siswa agar dapat menganalisis permasalahan ekonomi dan
pemecahannya berdasarkan sistem ekonomi yang berlaku.

Hasil observasi awal di SMA Teuku Umar Semarang diperoleh data bahwa pembelajaran ekonomi dikelas X.1 memiliki indikasi belajar yang rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebanyak 81% siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang hasil belajarnya masih rendah dengan rata-rata kemampuan kognitifnya sebesar 54,09 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 19%.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan
permasalahan ekonomi, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan memvariasikan
metode ceramah dan pemecahan masalah.


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang Tahun
Ajaran 2006/2007. Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang terdiri dari dua
siklus, dimana setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah soal evaluasi tiap akhir
siklus dan lembar observasi untuk siswa dan guru serta angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran.

Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1
sebesar 70,09 dengan ketuntasan klasikal 75%. Rata-rata hasil belajar siklus II sebesar 76,84
dengan ketuntasan klasikal 94%. Adapun sikap siswa terhadap pembelajaran pada siklus I
pertemuan 1sebesar 65,91%, pada siklus I pertemuan 2 sebesar 75% dan pada siklus II
mencapai peningkatan sebesar 93,18%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I pertemuan 1
mencapai 68,18%, pada siklus I pertemuan 2 sebesar 86,36% dan pada siklus II meningkat
menjadi 97,73%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang pada mata pelajaran
ekonomi materi pokok permasalahan ekonomi melalui memvariasikan metode ceramah dan
pemecahan masalah. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu: Sekolah
hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana belajar untuk menunjang pelaksanaan
berbagai metode belajar yang akan dilaksanakan guru dalam pembelajaran. Guru perlu
menambahkan penjelasan, pengetahuan dan informasi tentang materi pelajaran terlebih
dahulu sehingga daya serap dan pemahaman siswa dapat meningkat. Guru hendaknya
menciptakan kondisi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kegiatan appersepsi dan
motivasi perlu dilakukan untuk mendorong keaktifan siswa selama pembelajaran.

Lampiran: 8


Contoh Abstract

ABSTRACT
Hery Maylia Sandy. 2007. ”The Influence of Individual Factor Differences toward Ethical
Behavior of Accounting Students”. Final Project. Accounting Department. Faculty of
Economics. State University of Semarang. Advisor Dr. Joko Widodo, M.Pd. Co Advisor.
Dr. Eko Prasetyo, M.Si.
Keywords: Ethical Behavior, Individual Factors, Locus of Control, Major in
College, Job Experience, Gender, Equity Sensitivity, and Ethical
Knowledge.

The essence of ethical behavior is very important in accounting especially for the
development and the advancement of accountant profession’s role to act professionally.
Their behavior of accounting students as future leaders is important to be investigated to
know their ethical behavior in the future.

In order to internalize ethical behavior or to change unethical behavior, the first thing should be identified is the factors that affect behavior and how strong their affects. Previous researches show that individual factors have been found to have significant impacts on ethical behavior when there were situational or no situational conflict.

The objective of this study was to determine whether the individual difference
factor of locus of control, major in college, job experience, equity sensitivity, and ethical
knowledge affect the student ethical behavior especially gender. The research method used
in this study was survey with questionnaire. Data collected with snowballing method and
directly to respondents.

From the total of 100 college students collected, 50 respondents were accounting students and 50 respondents were management student. Independent t-test was employed to test the hypotheses.
The results show that accounting students with internal locus of control were
found to behave more ethically than those with external locus of control.

Accounting students were found to behave more ethically than management students. Accounting
students with job experience were found to behave more ethically than have no job
experience. Female accounting students were found not different from male students in
ethical behavior.

Benevolent-type accounting students were found to behave more ethically
than entitled-type accounting students.